Minggu, 02 November 2014

Laki-laki Keren



Beberapa hari ini saya sempet kehilangan orientasi hidup. Saya bingung karena sering melakukan tindakan yang ngga layak. Intinya tindakan itu ngga semestinya dilakukan oleh seorang laki-laki yang baik. Oya, bicara mengenai laki-laki yang keren sebenarnya membingungkan buat saya. Saya masih bingung merumuskan sebenarnya seperti apakah laki-laki yang keren. Apakah mesti cakep, punya tubuh sickpack, tinggi, banyak uang. Andai bener kriteria seperti itu yang bisa menunjukkan seseorang itu keren atau ngga, susah buat saya menjadi laki-laki yang keren. Iya, saya ngga punya modal, muka saya standar, ngga cakep-cakep banget namun ngga bisa juga dibilang jelek. Hehe. *Narsis. Masalah body, iya ngga perlu ditanyakan, jaug dari kata sick pack. Tinggi.? Dengan ukuran tinggi badan 165 cm saya termasuk kelompok rata-rata orang Indonesia. Banyak uang.? Buat saya bisa makan 30 hari dengan menu nasi pecel dengan lauk telur dadar dan es teh segelas itu merupaan suatu hal yang umum. Jadi saya ngga punya modal buat disebut laki-laki keren dong.? Iya mungkin. Kalau saya memakai standar keren seperti itu. Namun akan lain ceritanya kalau definisi keren itu bisa ditafsirkan dengan ciri-ciri lain. Mungkin saja saya bisa masuk kriteria.
Setelah saya merenung mungkin istilah keren itu bisa sedikit terwakili dengan ciri-ciri sebagai berikut. Punya sikap yang tegas, mandiri, mau mengalah, sabar, bisa mengendalikan emosi, dewasa, ngga ngerokok (saya anti rokok), ngga cengeng, tegar, bisa melindungi cewek, ngga banyak bicara, cool, selalu optimis, always positif feeling and thinking, dsb. Jadi intinya masalah keren itu berkaitan sama kepribadian, kualitas diri seseorang. Dari sini kita sepakat kan. Keren itu bukan berkaitan dengan fisik atau materi, namun lebih ke kualitas pribadi seseorang laki-laki. Jadi untuk jadi laki-laki yang keren itu kita mesti membangun kualitas diri, pengetahuan, dan karakter kita. Jangan cengeng, manja, gampang galau, peragu, genit sama cewek. Meski kamu seorang jomblo bukan berari kamu bebas kan gangguin cewek. Jadi meski jomblo tetep stay cool lah.

Jember, 1 November 2014

Minggu, 26 Oktober 2014

Tahun Baru, Tempat Kerja Baru



Alhamdulillah, setelah lama vakum untuk menulis, kali ini saya mulai tergerak lagi untuk menulis, menuangkan cerita, gagasan, uneg-uneg yang saya rasakan. Meski hal ini ngga akan merubah apa yang saya alami, tapi saya yakin dengan menulis bisa mengobati hati saya. Istilahnya menulis sebagai terapi. Ok, just write. Itulah kata kunci yang pernah saya dengar dari salah satu penulis blog favoritku. Ya, ngga perlu mikir. Cukup tuliskan saja apa yang ada di otak kamu.

Minggu, 26 Oktober 2014. Seharusnya hari ini saya ke Desa Rowosari untuk melihat tanaman yang saya produksi. Salah satu desa yang berada di lembah Gunung Raung. Namun karena tubuh pingin nyantai akhirnya agenda itu saya batalkan. Iya, saya rasa sudah cukuplah saya kerja dari hari Senin sampai Juma’at. Buat saya Minggu adalah hari libur. Titik. Mungkin kedengarannya egois ya. Tapi buat saya ini bukan egois tapi profesional. Bisa membagi waktu antara urusan kerja, pribadi dan keluarga. 

Oya, flasback ke belakang, ceritanya setelah 4 bulan bekerja di salah satu perusahaan benih PMA saya memutuskan untuk resign. Buat saya keputusan ini merupakan keputusan yang sedikit menguras emosi. Antara tetep bertahan dengan harapan ada kenaikan karir atau pindah ke tempat baru, di industri sejenis namun dengan posisi yang labih baik dan pasti. Akhirnya setelah beberapa waktu berpikir saya memutuskan untuk mengambil peluang bekerja di tempat baru dengan posisi yang lebih baik dan pasti. 

Background saya Pertanian. Jadi saya ngga tersesat nyari tempat kerja di sini, di perusahaan benih hortikultura. Meski ngga sebesar perusahaan lama saya, tapi saya enjoy. Disini saya bisa bekerja sekaligus membangun industri benih nasional agar bisa menyamai perusahaan benih asing. Kalau kita lihat sekarang memang industri benih di Indonesia selama ini dikuasasi oleh asing. Mulai dari Dupont, Shygenta *bener ngga tulisannya*, Monsanto, dan East West Seed. Semuanya itu merupakan perusahaan benih yang dimiliki oleh orang asing. Yang pasti saya juga berharap lah nantinya ada perusahaan benih Nasional yang bisa bersaing. Ini salah satu tugas saya kedepan. Ikut membangun kedaulatan pangan di negeri sendiri.

Oya mengenai tempat kerja, kebetulan saya masuk di Divisi Stock Seed sebagai Supervisor. Secara gampang divisi ini bertugas untuk memperbanyak benih yang dihasilkan pemulia (breeder) dengan kualitas yang sama. Setelah dari stock seed benih yang dihasilkan di kirim ke petani untuk di produksi masal. Memang kelihatannya simple kerjaan saya. Sekedar memperbanyak benih dengan cara melakukan penanaman di lahan. Namun di sini dibutuhkan pengawasan yang intens mulai dari penyemaian hingga panen. jangan sampai benih tercampur varietas lain atau terjadi crossing (kawin silang) yang bisa menyebabkan secara genetik benih berbeda dengan benih asal. Iya gitu deh, mesti teliti, jujur, dan juga siap untuk berpanas-panar ria. Hehe.

Meski di tempat baru ini penghasilan yang saya perolah ngga sebanyak yang dipikrkan, tapi saya enjoy menjalaninya. Semoga sampai nanti tetap sama. Amin. Hehe. Maklum lah banyak godaan sana-sini. Kalau untuk menghidupi diri sendiri masih cukup lah bahkan berlebih. Namun yang paling penting buat saya ketika kerja yang kita lakukan itu bermakna buat kita. Jadi ketika kerja seakan-akan kita melakukan tugas suci. Ya, paling gampang kalau kita sebut kerja ini sebagai ibadah. *ini mulai ngelantur ya*. Jadi ngga Cuma ngabisin waktu tapi juga ada kepuasan tersendiri ketika kita selesai melaksanakan suatu hal. *baca target*. “Iya, semoga betahlah. Ngga pindah-pindah tempat lagi” Kata temen baikku. Yang paling penting tetep jujur sehingga apa yang kita peroleh berkah. 

Jember, 26 Oktober 2014